Satrio G

[Verse]
28 Februari '96 lantai satu Elizabeth dengan kamar nomor genap
Anak kulit gelap [?] badannya belang orang tuanya khawatir karena dia tak banyak gerak
Bayi paling tengah, jeritan ia serak, kuping kirinya beda, pandangannya kurang pelan
Tangannya tergepal pertanda hatinya geram oleh gaung yang berputar nanti di hidupnya kelak
Uh, Sekolah Dasar
Dia keluar kelas setiap ada kesempatan
Sering banyak mau kadang juga kelewatan mengingat latar bapaknya yang belum punya jabatan
Okay, Sekolah Dasar
Berapa banyak teman yang mengaku ia tantang?
Tangan genggam TechDeck, suara paling lantang, namun matematika dia bukan lagi macan
Hari yang berulang, diri bercorak ulang, gunung masalah bertumpuk semuanya berbentuk bulat
Kau sudah tau arti ular, lalu dengan siapa lagi lidahku bergulat?
Maka ini ia ulas, di mana bermula, di mana tiap benturan bukan hal yang kebetulan
Di mana jejak hidup gamblang kau dengar berulang
Di mana rima yang hadir tak sanggup tuk pura-pura
Menengah Pertama, jadi anak pertama, sebab dua yang pergi membuat mereka kehilangan
Minta maaf untuk hidup ingat apa yang dia hirup dari dua lubang hidung
SMA mengidap sinus, tetap tak peduli di mana tubuhnya tidur
Dua kuping melengking membuat dirinya bingung ini yang harus ku dengar nanti di sepanjang hidup
Nafas berdampingan dengan apa yang dia tulis tapi anggap ini cerita satuan yang dikumpulin
Jalan dengan hati yang lama ditanam duri kalian bingung mau ke mana karena sangat ingin pulih
Menaruh nasib sekarang berada di lampu kuning menghitung bulir keringat yang terkucur dari kulit
Remaja dirayakan disoraki dan terguling hanya bila menang saja hidupnya dikerumunin
Uh, berotak kata
Itu juga tato sampai kapan dia katam
Tangan pegang kuat pen, suara paling lantang, upayanya merapal serupa melempar hasab
Okay, berotak kata
Itu juga tato kapan dia sampai di atas
Tangan pegang kuat pen, suara paling lantang, upayanya merapal sudah pasti beralasan